Example: confidence

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perlindungan Konsumen

16 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perlindungan Konsumen Dalam sejarah perkembangan pola pemenuhan kebutuhan manusia yang saling interdependen, terdapat dua posisi yang saling berhadapan antara produsen dan Konsumen . Pihak yang membuat atau menghasilkan barang disebut dengan produsen, sedangkan pihak yang membutuhkan suatu barang yang dihasilkan oleh produsen disebut Konsumen . Perkembangan ekonomi yang pesat serta kemajuan teknologi dan industry telah menghasilkan beragam jenis barang dan/atau jasa yang variatif, sehingga Konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis pilihan barang dan/atau jasa.

konsumen mempunyai cakupan yang luas, cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu22: 1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang di serahkan kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah di sepakati. 2. Perlindungan terhadap diberlakukanya syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen.

Tags:

  Konsumen

Information

Domain:

Source:

Link to this page:

Please notify us if you found a problem with this document:

Other abuse

Transcription of BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perlindungan Konsumen

1 16 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perlindungan Konsumen Dalam sejarah perkembangan pola pemenuhan kebutuhan manusia yang saling interdependen, terdapat dua posisi yang saling berhadapan antara produsen dan Konsumen . Pihak yang membuat atau menghasilkan barang disebut dengan produsen, sedangkan pihak yang membutuhkan suatu barang yang dihasilkan oleh produsen disebut Konsumen . Perkembangan ekonomi yang pesat serta kemajuan teknologi dan industry telah menghasilkan beragam jenis barang dan/atau jasa yang variatif, sehingga Konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis pilihan barang dan/atau jasa.

2 Kondisi tersebut dapat menguntungkan Konsumen karena kebutuhan terhadap suatu barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, tetapi disisi lain, menempatkan Konsumen pada posisi yang lemah karena Konsumen hanya sebagai objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang besar melalui kiat promosi dan cara penjualan yang merugikan Perlindungan Konsumen merupakan konsekuensi dan bagian dari kemajuan teknologi dan industry. Kemajuan teknologi tersebut telah memperkuat perbedaan antara pola hidup masyarakat tradisional dan masyarakat modern.

3 Dalam pola hidup masyarakat tradisional, mereka dapat memperoduksi barang 14 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen , Gramedia, Jakarta, 2003, h. 12. 17 dan/atau jasa secara sederhana dan hubungan yang terjalin antara Konsumen dengan produsen juga masih sederhana, Konsumen dan produsen dapat bertatap muka secara Dalam masyarakat modern, produksi barang dan/atau jasa dilakukan secara missal, sehingga menciptakan Konsumen secara masal pula (mass consumer consumption )16.

4 Akhirnya, hubungan antara kosumen dan produsen menjadi rumit, dimana Konsumen tidak mengenal siapa produsennya dan sebaliknya produsen juga dapat berada pada Negara Pengaturan Perlindungan Konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan ataupun melemahkan usaha dan aktivitas pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, sebab Perlindungan Konsumen diharapkan mampu mendorong iklim dan persaingan usaha yang Hubungan hukum antara Konsumen dan pelaku usaha telah mengalami perubahan konstruksi hukum, yakni hubungan yang semula dibangun atas prinsip caveat emptor19 berubah menjadi caveat 15 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen , Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, 16 Ibid.

5 17 Ibid., 18 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen , Kencana, Jakarta, 2013, 19 Let the buyer beware; bahwa pembeli menanggung resiko atas kondisi produk yang dibelinya, maka pembeli yang tidak ingin mengalami resiko harus berhati-hati sebelum membeli suatu produk. Doktrin caveat emptor mengharuskan si pembeli berhati-hati. Hal ini memberikan penekanaan terhadap ketentuan bahwa pembeli agar peduli dan sadar bahwa ia sedang membeli haknya orang lain. Maka pembeli harus berhati-hati tentang keadaanya ketika ia membeli hak orang lain.

6 Ibid, dikutip dari Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, ( St. Paul, Minnesota : West Publishing, 2004), Eight Edition, 20 Let the seller beware; adalah kebalikan dari let the buyer beware, yang berarti pihak penjual harus berhati-hati dalam memasarkan produknya, karena jika terjadi sesuatu hal terhadap Konsumen yang tidak di kehendaki atas produk tersebut, maka yang bertanggungjawab adalah ibid. 18 Intervensi pemerintah Indonesia sangat dibutuhkan untuk melindungi kepentingan kosumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang- Undang sebagai implementasi dari Negara kesejahteraan untuk melindungi Konsumen melalui Undang- Undang Nomer 8 tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen .

7 Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi Perlindungan kepada konsumen21. Perlindungan Konsumen mempunyai cakupan yang luas, cakupan Perlindungan Konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu22: 1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang di serahkan kepada Konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah di sepakati. 2. Perlindungan terhadap diberlakukanya syarat-syarat yang tidak adil kepada Konsumen . Dengan Pengertian Perlindungan Konsumen diatas, keinginan yang hendak dicapai dalam hukum Perlindungan Konsumen adalah untuk menciptakan rasa aman dan adil bagi Konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta tidak semata-mata mengeksploitasi dan menjadikan Konsumen sebagai alat untuk memperoleh keuntungan yang besar bagi para pelaku usaha.

8 1. Asas Dalam Hukum Perlindungan Konsumen Asas adalah sesuatu hal penting dalam membentuk peraturan yang dapat berarti dasar, landasan, norma maupun sebuah cita- cita. Tetapi, asas bukan 21 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen . 22 Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, h. 152. 19 sesuatu yang absolute atau mutlak, dengan arti bahwa dalam menerapkan asas harus mempertimbangkan keadaan- keadaan khusus dan keadaan yang Terdapat 5 dasar dibentuknya Undang- Undang Perlindungan Konsumen , yang tertuang dalam Pasal 2 UUPK yaitu : a.

9 Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan Perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan Konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan, b. Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada kosumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil, c. Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan Konsumen , pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual, d.

10 Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen ; memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada Konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan, e. Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha maupun Konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan Perlindungan Konsumen , serta Negara menjamin kepastian Selain asas yang telah penulis sebutkan diatas, Undang- Undang Perlindungan Konsumen juga mempunyai tujuan agar cita- cita atau sasaran dari lahirnya Undang- Undang tersebut dapat tercapai dengan baik, yaitu telah di sebutkan dalam Pasal 3 UUPK.


Related search queries