Example: biology

PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA …

PERATURAN menteri pekerjaan umum NOMOR : 26/PRT/M/2008 TANGGAL 30 DESEMBER 2008 TENTANGPERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN pekerjaan UMUMDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 menteri pekerjaan umum REPUBLIK INDONESIA PERATURAN menteri pekerjaan umum NOMOR: 26/PRT/M/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA menteri pekerjaan umum , Menimbang : a. bahwa perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan prasarana dan sarananya;b. bahwa keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya KEBAKARAN , agar dapat melakukan kegiatan, dan meningkatkan produktivitasnya serta meningkatkan kualitas hidupnya;c. bahwa dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan pengaturan pelaksanaannya, maka Keputusan menteri Negara pekerjaan umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan TEKNIS Pengamanan Terhadap Bahaya KEBAKARAN Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan perlu disempurnakan dan diganti dengan peraturan menteri yang baru; d.

19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Lingkup Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi penyelenggara bangunan gedung dalam mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran.

Tags:

  Menteri, Umum, Pekerjaan, Pekerjaan umum

Information

Domain:

Source:

Link to this page:

Please notify us if you found a problem with this document:

Other abuse

Transcription of PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA …

1 PERATURAN menteri pekerjaan umum NOMOR : 26/PRT/M/2008 TANGGAL 30 DESEMBER 2008 TENTANGPERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN pekerjaan UMUMDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 menteri pekerjaan umum REPUBLIK INDONESIA PERATURAN menteri pekerjaan umum NOMOR: 26/PRT/M/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA menteri pekerjaan umum , Menimbang : a. bahwa perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan prasarana dan sarananya;b. bahwa keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya KEBAKARAN , agar dapat melakukan kegiatan, dan meningkatkan produktivitasnya serta meningkatkan kualitas hidupnya;c. bahwa dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan pengaturan pelaksanaannya, maka Keputusan menteri Negara pekerjaan umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan TEKNIS Pengamanan Terhadap Bahaya KEBAKARAN Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan perlu disempurnakan dan diganti dengan peraturan menteri yang baru; d.

2 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan menteri tentang PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; 2 Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Peraturan menteri pekerjaan umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen pekerjaan umum ; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN menteri pekerjaan umum TENTANG PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN.

3 BAB I KETENTUAN umum Bagian Kesatu PengertianPasal 1 Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan : 1. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan adalah SISTEM yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan SISTEM PROTEKSI aktif, SISTEM PROTEKSI pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya KEBAKARAN . 2. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan Perencanaan tapak adalah perencanaan yang mengatur tapak (site) bangunan, meliputi tata letak dan orientasi bangunan, jarak antar bangunan, penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang terbuka dan sebagainya dalam rangka mencegah dan meminimasi bahaya KEBAKARAN .

4 34. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam KEBAKARAN dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi KEBAKARAN pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. 5. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pasif adalah SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN aktif adalah SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN yang secara lengkap terdiri atas SISTEM pendeteksian KEBAKARAN baik manual ataupun otomatis, SISTEM pemadam KEBAKARAN berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang KEBAKARAN , serta SISTEM pemadam KEBAKARAN berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.

5 7. Pencegahan KEBAKARAN pada bangunan gedung adalah mencegah terjadinya KEBAKARAN pada bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya KEBAKARAN dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat mengurangi secara substansial terjadinya KEBAKARAN . 8. Pengelolaan PROTEKSI KEBAKARAN adalah upaya mencegah terjadinya KEBAKARAN atau meluasnya KEBAKARAN ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya KEBAKARAN , pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan KEBAKARAN , serta kesiapan dan kesiagaan SISTEM PROTEKSI aktif maupun pasif. 9. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait dalam melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi KEBAKARAN pada suatu bangunan gedung dan lingkungannya.

6 10. PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan adalah setiap ketentuan atau syarat-syarat TEKNIS yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan kondisi aman KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungannya, baik yang dilakukan pada tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan bangunan. 11. Penyelenggaraan SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan TEKNIS dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungannya. 12. Penyelenggara bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi bangunan gedung, dan pengguna bangunan gedung. 413. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan yang menurut hukum sah sebagai pemilik gedung.

7 14. Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. 15. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. 17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah daerah adalah bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan Kedua Maksud, Tujuan dan Lingkup Pasal 2 (1) Peraturan menteri ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi penyelenggara bangunan gedung dalam mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya KEBAKARAN .

8 (2) Peraturan menteri ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya KEBAKARAN , sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial. (3) Lingkup peraturan menteri ini meliputi SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungannya mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan, sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya. 5 BAB II PERSYARATAN TEKNIS DAN PENGATURAN PELAKSANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN Bagian Kesatu PERSYARATAN TEKNIS Pasal 3 (1) PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi : a. ketentuan umum ; b. akses dan pasokan air untuk pemadaman KEBAKARAN ; c. sarana penyelamatan; d.

9 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pasif; e. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN aktif; f. utilitas bangunan gedung; g. pencegahan KEBAKARAN pada bangunan gedung; h. pengelolaan SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung; dan i. pengawasan dan pengendalian. (2) Rincian PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. (3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi PERSYARATAN TEKNIS yang diatur dalam peraturan menteri ini. Bagian Kedua Pengaturan Pelaksanaan di Daerah Pasal 4 (1) Pelaksanaan PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah yang berpedoman pada peraturan menteri ini.

10 (2) Dalam hal daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka pelaksanaan PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan berpedoman pada peraturan menteri ini. 6(3) Dalam hal daerah telah mempunyai peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum peraturan menteri ini diberlakukan, maka peraturan daerah tersebut harus menyesuaikan dengan peraturan menteri ini. BAB III PEMBINAAN TEKNIS Pasal 5 (1) Dalam melaksanakan pembinaan SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan TEKNIS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk terwujudnya penataan SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN pada bangunan gedung dan lingkungan, serta terwujudnya keandalan bangunan gedung.


Related search queries