Example: dental hygienist

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jalan

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Jalan Jalan Raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 5 Klasifikasi , antara lain: Klasifikasi menurut fungsi Jalan , Klasifikasi menurut kelas Jalan , dan Klasifikasi menurut wewenang pembinaan Jalan . Klasifikasi menurut Fungsi Jalan (menurut UU no. 38/Th. 2004) Klasifikasi menurut fungsi Jalan terdiri atas 4 kategori, antara lain: 1. Jalan Arteri yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah Jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan Kolektor yaitu yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah Jalan masuk tidak dibatasi 3. Jalan Lokal yaitu yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah masuk tidak dibatasi.

FC SP 2/2 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88 4/2 UD 1.00 0.985 0.97 0.955 0.94 Sumber : Departemen PU (1997) c. Faktor penyesuaian kapasitas hambatan samping (FC SF) Adalah faktor penyesuaian atau koreksi untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi lebar bahu atau jarak kereb ke penghalang.

Information

Domain:

Source:

Link to this page:

Please notify us if you found a problem with this document:

Other abuse

Transcription of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jalan

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Jalan Jalan Raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 5 Klasifikasi , antara lain: Klasifikasi menurut fungsi Jalan , Klasifikasi menurut kelas Jalan , dan Klasifikasi menurut wewenang pembinaan Jalan . Klasifikasi menurut Fungsi Jalan (menurut UU no. 38/Th. 2004) Klasifikasi menurut fungsi Jalan terdiri atas 4 kategori, antara lain: 1. Jalan Arteri yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah Jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan Kolektor yaitu yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah Jalan masuk tidak dibatasi 3. Jalan Lokal yaitu yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah masuk tidak dibatasi.

2 4. Jalan Lingkungan yaitu yaitu Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. 6 Klasifikasi menurut Status Jalan (menurut UU no. 38/Th. 2004) Klasifikasi menurut status Jalan terdiri atas 5 kelompok, antara lain: 1. Jalan Nasional, merupakan Jalan arteri dan Jalan kolektor dalam sistem jaringan Jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan Jalan strategis nasional, serta Jalan tol. 2. Jalan Provinsi, merupakan Jalan lokal kolektor dalam sistem jaringan Jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, antaribukota kabupaten/kota, dan Jalan strategis provinsi. 3. Jalan Kabupaten, merupakan Jalan lokal dalam sistem jaringan Jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota. 4. Jalan Kota, merupakan Jalan umum dalam sistem jaringan Jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota.

3 5. Jalan Desa, merupakan Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpemukiman di dalam desa, serta Jalan lingkungan. Klasifikasi menurut Tipe Lajur ( menurut MKJI 1997) Klasifikasi menurut tipe lajurnya antara lain: dua lajur dua arah terbagi (2/2UD), empat lajur dua arah (tak terbagi atau 4/2UD, dan terbagi atau 4/2D), enam lajur 2 arah terbagi (6/2D), serta Jalan satu arah (1-3/1). Kinerja Ruas Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, Jalan perkotaan didefinisikan sebagai segmen Jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh Jalan , minimum pada satu sisi Jalan atau Jalan di/dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari jiwa. Variabel kinerja ruas Jalan perkotaan antara lain: arus lalu lintas, kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan arus bebas, kecepatan tempuh, dan perilaku lalu lintas.

4 Arus dan Komposisi Lalu Lintas Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan (bermotor maupun tak bermotor) yang melewati suatu titik pada Jalan per satuan waktu. Semua nilai arus lalu lintas 7 (per arah dan total) dalam satuan kendaraan per jam diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan sebagai berikut: a. Kendaraan ringan/Light Vehicle (LV), yaitu kendaraan bermotor dua as beroda 4 dengan jarak as 2,0 3,0 m (termasuk mobil penumpang, opelet, mikrobis, pick up dan truk kecil sesuai sistem Klasifikasi Bina Marga). b. Kendaraan berat/Heavy Vehicle (HV), yaitu kendaran bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari 4 (termasuk bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem Klasifikasi Bina Marga). c. Sepeda motor/Motorcycle (MC), yaitu kendaraan bermotor beroda dua atau tiga (termasuk sepeda motor dan kendaraan beroda 3 sesuai sistem Klasifikasi Bina Marga).

5 D. Kendaraan tak bermotor/UnMotorized (UM), yaitu kendaraan tak bermotor yang digerakkan oleh tenaga manusia atau hewan seperti sepeda becak, kereta kuda, dan gerobak dorong. Ekivalensi mobil penumpang (emp) pada masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe Jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. Nilai Ekivalen Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Tipe Jalan Jalan tak terbagi Arus lalu lintas total dua arah (kend/jam) Emp HV MC Lebar jalur lalu lintas WC (m) 6 6 Dua lajur tak terbagi (2/2 UD) 0 1800 Empat lajur tak terbagi (4/2 UD) 0 3700 Sumber: Departemen PU (1997) 8 Kapasitas Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan bermotor yang melintasi suatu penampang tertentu pada suatu ruas Jalan dalam satuan waktu tertentu. Sedangkan kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang pada suatu jalur atau Jalan selama 1 (satu) jam, dalam keadaan Jalan dan lalu lintas yang mendekati ideal dapat dicapai.

6 Besarnya kapasitas Jalan perkotaan dapat diformulasikan sebagai berikut : C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam) ( ) Keterangan: C = Kapasitas sesunguhnya (smp/jam) Co = Kapasitas dasar (smp/jam) FCw = Faktor penyesuaian lebar Jalan FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu Jalan FCcs = Faktor pnyesuaian ukuran kota Kapasitas Dasar Kapasitas dasar (base capacity) merupakan kapasitas pada kondisi ideal. Nilai kapasitas dasar tergantung pada tipe Jalan , jumlah jalur dan pemisah fisik. Tabel Kapasitas dasar (Co) Tipe Jalan Kota Kapasitas dasar (Co) (SMP/jam) Keterangan Empat lajur tak terbagi atau Jalan satu arah 1650 Per lajur Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah Sumber : Departemen PU (1997) 9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Faktor penyesuaian kapasitas terdiri dari faktor penyesuaian lebar Jalan , faktor penyesuaian arah, faktor penyesuaian hambatan samping dengan bahu dan kereb serta faktor penyesuain ukuran kota a.

7 Faktor penyesuaian kapasitas lebar Jalan (FCw) adalah faktor penyesuaian atau koreksi kapasitas dasar akibat lebar Jalan lalu lintas. Tabel Faktor Penyesuaian kapasitas untuk lebar Jalan (FCw) Tipe Jalan Kota Lebar Jalan efektif (m) FCW Ket 4 lajur terbagi atau Jalan satu arah Per lajur 4 lajur tak terbagi Per lajur 2 lajur tak terbagi 5 6 7 8 9 10 11 Total dua arah Sumber : Departemen PU (1997) b. Faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (FCsp) Adalah faktor penyesuaian atau koreksi untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu lintas. Faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (capacity adjusment factor for directional split) ditentukan dengan cara memasukkan 10 persentase arus ke tabel Tabel dibawah ini hanya mencantumkan nilai untuk jakan dua lajur dua rah (2/2) dan empat lajur dua arah (4/2) tak terbagi. Sedangkan untuk Jalan terbagi dan satu arah, nilai faktor penyesuaiannya adalah 1,0.

8 Tabel Faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (FCsp) Split arah 50-50 55-45 60-40 65-45 70-30 FCSP 2/2 4/2 UD Sumber : Departemen PU (1997) c. Faktor penyesuaian kapasitas hambatan samping (FCSF) Adalah faktor penyesuaian atau koreksi untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi lebar bahu atau jarak kereb ke penghalang. Faktor penyesuaian hambatan samping dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu (FCSF) pada Jalan perkotaan dengan bahu Tabel FCSF untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu (FCSF) Lebar efektif bahu Jalan Ws (m) 4/2D (Terbagi) VL L M H VH 4/2UD (Tak Terbagi) VL L M H VH 11 2/2UD (Tak Terbagi atau Jalan satu arah) VL L M H VH Sumber : Departemen PU (1997) Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kereb ke penghalang (FCSF) pada Jalan perkotaan dengan kereb.

9 Tabel FCSF untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kereb ke penghalang Tipe Jalan Hambatan samping Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan jarak kereb ke penghalang (FCSF) Jarak kereb (Wk) 4/2D (Terbagi) VL L M H VH 4/2UD (Tak Terbagi) VL L M H VH 099 2/2UD (Tak Terbagi atau Jalan satu arah) VL L M H VH Sumber : Departemen PU (1997) Tabel (lanjutan) 12 d. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh ukuran kota (FCcs) Adalah faktor penyesuaian atau koreksi kapasitas dasar akibat ukuran kota. faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) diperoleh dengan memasukkan jumlah penduduk ke dalam tabel. Tabel Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh ukuran kota (FCcs) Penduduk kota (juta jiwa) Faktor koreksi ukuran kota > 3,0 1,04 1,0 3,0 1,00 0,5 1,0 0,94 0,1 0,5 0,90 < 0,1 0,86 Sumber : Departemen PU (1997) Agar dapat menggunakan tabel faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping, maka perlu dilakukan konversi kejadian hambatan samping pada lokasi studi yang nilainya terdapat pada tabel dan untuk kelas hambatan samping dapat dilihat pada tabel Tabel Faktor berbobot hambatan samping Tipe kejadian hambatan samping Simbol Bobot Pejalan kaki yang berjalan dan menyeberang PED 0,5 Kendaraan lambat SMV 0,4 Kendaraan masuk dan keluar dari/ke lahan samping EEV 0,7 Parkir dan kendaraan berhenti PSV 1,0 Sumber.

10 Departemen PU (1997) 13 Tabel Kelas hambatan samping untuk Jalan perkotaan Kelas hambatan samping (SFC) Kode Jumlah berbobot kejadian per 200m per jam (dua sisi) Kondisi khusus Sangat rendah VL < 100 Daerah pemukiman, Jalan dengan Jalan samping Rendah L 100 299 Daerah pemukiman, beberapa kendaraan umum, dsb Sedang M 300 499 Daerah industri, beberapa toko di sisi Jalan Tinggi H 500 899 Daerah komersial aktivitas sisi Jalan tinggi Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersial, dengan aktivitas pasar di samping Jalan Sumber : Departemen PU (1997) Derajat Kejenuhan Derajat Kejenuhan/Degree of Saturation (DS) merupakan rasio volume (Q) terhadap Kapasitas (C) yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen Jalan serta digunakan dalam analis perilaku lalu lintas berupa kecepatan. Persamaan dasar Derajat Kejenuhan adalah: DS = ( ) Keterangan: DS = Derajat Kejenuhan Q = Volume lalu lintas (smp/jam) 14 C = Kapasitas (smp/jam) Kecepatan Arus Bebas Kecepatan Arus Bebas/Free Flow Speed (FV) didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lainnya di Jalan .


Related search queries